Opa opa Korea ini Ternyata Pahlawan Indonesia

 


Assalamualaikum Sanak Sejarah

jumpa lagi di blog ini, blog yang membahas tentang peristiwa sejarah Dunia


BTW selamat tahun baru untuk kita semua, walaupun tahun 2020 kemarin sangat berat bagi kita semoga di tahun 2021 ini wabah virus corona segera menghilang yah...


Mungkin sebagian dari para pembaca banyak menyukai drama korea, yah walaupun tidak semuanya tapi hampir rata-rata masyarakat Indonesia pernah menonton drakor ini. 

hmm.. kira-kira kalian suka jalan ceritanya atau karena para aktor yang ganteng-ganteng yah. kalo saya sih suka face aktornya nya yang prikitieewww 

Ngomong-ngomong soal opa korea ternyata ada loh opa korea yang ikut berjuang deni mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Siapakah dia ? Mari kita bahas pada tulisan kali ini


Kemerdekaan Indonesia tentunya merupakan hal yang diwujudkan dengan susah payah karena perlu pengorbanan jiawa dan raga untuk mewujudkannya. demi nasib anak cucu dan generasi selanjutnya agar tidak merasakan kesengsaraan yang ia alami, para pahlawan kita tidak pernah memperdulikan rasa sakit akibat luka tembak saat berperang, yang mereka pikirkan hanya sebuah kata MERDEKA !!!

Tapi selain para pejuang dari rakyat Indonesia sendiri ternyata ada juga orang asing yang ikut memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, salah satunya Yang Chil Sung yang diketahui seorang pejuang berkewarganegaraan Korea yang dimakamkan di makam pahlawan Tenjolaya Kecamatan Torongong Kidul Kabupaten Garut.


Yang Chil Sung dimakamkan disana karena jasa senasa hidupnya ikut berjuang bersama masyarakat Garut melawan Belanda.

Yang Chil Sung lahir pada tahun 1919 dan mengubah namanya kemudian saat ia memluk agama islam ia merubah namanya menjadi Komarudin dan menikah dengan perempuan cantik asal Garut.

Berdasarkan kisah yang dituliskan dalam riset profesor asal Jepang yang membenarkan bahwa orang yang dimakamkan di Garut tersebut adalah orang korea. 

Disini Yang Chil Sung merupakan tentara bawaan Jepang ke Indonesia untuk menjaga tahanan di Bandung padahal ia merupakan orang berkewarganegaan Korea asli hanya saja saat itu Jepang menariknya untuk bergabung kedalam pertahanan Jepang. Awalnya ia berada di bandung dan pada akhirnya pergi ke Garut saat Jepang berhasil dipukul mundur oleh pihak sekutu.

Yang Chil Sung akhirnya memutuskan bergabung dengan tentara pribumi untuk melawan penjajah di Wanaraja dan menjadi bagian garis depan pejuang tanah air di Garut.

Sebenarnya selain Yan Chil Sung masih ada dua rekannya yang ikut membantu dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yaitu Aoki dan Hasegawa mereka berdua juga ikut menjadi mualaf, dimana Aoki merngubah namanya menjadi Abu Bakar dan Hasegawa menjadi Usman.


Yang Chil Sung (Komarudin) ini merupakan tentara yang sangat ahli dalam pembuatan bom dan tentunya tenaganya sangat diperlukan saat berperang melawan sekutu. sedangkan kedua temannya sangat ahli dalam mengatur strategi peperangan. berkat keahlian mereka bertiga perjuangan rakyat garut sangat terbantu.

Salah satu kisah heroik dari ketiganya yakni saat mencegah kedatangan Belanda masuk ke wilayah Garut dimana Aoko dan Hasegawa menyusun strategi untuk menutup jalan dengan langkah meledakan jembatan PTG atau kini dikenal dengan jembatan jalan perintis kemerdekaan yang letaknua tal jauh dari lapang merdeka Garut.

Dengan kepiawan yang Chil Sung membuat bom akhirnya rencana tersebut bisa berhasil. jembatan yang direncakana akhirnya rusak dan hasilnya tentara Belanda tidak bisa masuk kewilayah Garut dan dengan mudah di halau pangeran papak.

Namun, aksi dari ketiganya yang membantu perjuangan Indonesia harus berakhir ditangan Belanda. Yang Chil Sung, Aoki dan Hasegawa  serta dua orang tentara pribumi tertangkap oleh pasukan Belanda di gunung Dora kecamatan Sucinaraja lebih tepatnya diperbatasan Garut dan Tasikmalaya.


Yang Chil Sung saat itu masih berumur 30 tahun, perjuangannya harus berakhir trategis karena persembunyiannya dibocorkan penghianat.


Saat dieksekusi oleh tentara Belanda ketiganya mengenakan kemeja putih dan sarung berwarna merah melambangkan rasa nasionalisme yang mereka miliki, ktiganya ditembak mati dihadapan masyarakat sebagai bentuk peringatan pihak Belanda untuk masyarakat Indonesia jika berani-berani melakukan pemberontakan.


Sejarah kepahlawanan warga korea ini sangat membuat kagum kalangan komunitas asal garut sehingga mereka menggelar aksi sosial membersihkan makam pahlawan Tenjolaya sebagai rasa terima kasih atas jasa para pejuang yang telah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.



Dalam tulisan kali ini, akhirnya menyadarkan saya dan saya harap para pembaca juga ikut tersadar.

Jika orang korea saja berjuang mati matian hingga akhir hayatnya, Tentunya kita semua harus lebih mencintai Negara kita sendiri.




Komentar