Teka Teki Kematian Mumi Tutankhamun

Ketika arkeolog Inggris Howrd Carter, membuka sarkofagus dilembah para raja mesir untuk pertama kalinya pada tanggal 16 februari 1923 ia memicu intrik dan misteri tentang raja muda dari jaman mumi kuno.

Dimana banyak teka-teki yang timbul apa dan bagaimana penyebab kematian raja firaun yang bernama raja Tutankhamun (Raja Tut) yang kini dapat disebut sebagai tokoh simbol mesir kuno.


Banyaknya temuan membuat Carter mesti mencatat dan memotret selama 3 tahun, setelah semua temuan dipindahkan, akhirnya ia menemukan mumi Tutankhamun.

Raja ini masih muda ketika bertahta tahun 1333 SM, Ia memerintah selama 10 tahun penyebab kematiannya masih menjadi misteri.

Tutankhamun meninggal pada usia sekitar 18 tahun, jasadnya diteliti berkali-kali misalnya dengan tes DNA. Penelitian arkeolog mesir Zahi Hawass tahun 2005 menggunakan CT Scan mengungkapkan hal-hal penting.

Tutankhamun hidup sehat dengan makanan bergizi. Tengkoraknya utuh dan tidak ada benturan dikepala yang dapat menyebabkannya meninggal.

Namun CT scan tidak dapat mengungkapkan apakah Tutankhamun mati karena diracun ?

Topeng wajah dari kepala sampai ke dada untuk pemakaman Tutankhamun merupakan salah satu temuan terpenting dan mencengangkan dunia. Dimana topeng emas ini menunjukkan kekayaan, kejayaan dan pencapaian peradaban saat itu.

Bentuknya yang dapat dikatakan sempurna juga menunjukkan kemajuan teknologi dan daya artisitik yang sempurna.

Topeng dibuat menunjukkan wajah figur yang dimakamkan, jasad diawetkan yang disebut dengan mumi. arta benda disertkan karena dipercaya akan berguna dalam kehidupan setelah kematian.

Spekulasi berkembang terkait kematiannya pada usia belasan tahun. sebuah lubang ditengkoraknya menambah bahwa dia dibunuh.

Hingga hasil CT scan tahun 2005 menunjukkan bahwa lubang tersebut kemungkinan diperoleh dari proses mumifikasi. Scan juga mengungkapkan kondisi patah tulang kaki yang dialami raja Tut tersebut.

Tes terbaru menunjukan bahwa firaun memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit bawan. 

Kematiannya disebbakan komplikasi patah tulang dan malaria akut. Tutankhamun mengidap beberapa kelainan dia dibayangkan sebagai sosok muda, tetapi raja ini berada dalam kondisi lemah hingga memerlukan tongkat untuk berjalan.

Para peneliti menemukan argumen tulang kaki bagian bawah yang retak dan agak cacat merupakan bawaan lahir yang dipercaya sebagai efek perkawinan sedarah yang umum dilakukan dikalangan bangsawan mesir.

Namun, para peneliti tidak puas dengan fakta tersebut. Frank Ruhli ahli mumi dari swiss mengatakan bahwa sejak ditemukannya makam raja Tut. Banyak ilmuwan dan akademisi mengajukan beberapa teori tentang apa yang sebenarnya menyebabkan sang raja muda kehilangan nyawa.

Teori Kecelakaan Kereta

Pada tahun 2014 produser dokumenter televisi BBC mengemukakan bahwa raja Tut meninggal dalam kecelakaan kereta yang mematahkan kaki dan tulang panggulnya. serta menyebabkan infeksi dan keracunan darah.

Pendukung teori ini yakin raja Tut mengendarai kereta kuda dengan kakinya yang cacat sehingga ada kemugkinan ia terjatuh dan mematahkan kakinya.

Meskipun cerita tersebut terdengar bagus, tapi tidak ada catatan mengenai insiden kecelakaan. Faktanya salah satu pengamat mesir yang trelibat dalam acara TV tersebut juga masih ragu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

"Kami belum mengetahui bagiamana Tutankhamun meninggal" Ujar Christoper Naunton pengamat mesir dan mantan pemimpin Egypt Exploration Society

Naunton mengatakan dokumenter BBC memulai dengan premis bahwa mumi tersebut menunjukan bukti raja menderita luka parah pada sisi tubuh bagian kiri yang masih belum jelas. apakah cedera itu sudah terjadi daat raja Tut masih hidup atau setelah kematiannya. sebagai dampak dari sentuhan manusia yang menanganinya setelah mumi ditemukan oleh Howard Carter.

Sebenarnya detik-detik terakhir raja Tutankhamun tidak tercatat sedikitpun, apa yang menyebabkan kematian Tutankhamun menjadi subjek perdebatan. penelitian besar telah dilakukan dlama upaya untuk menemukan penyebab kematiannya.

Tetapi kita bisa menarik kesimpulan bahwa dari hasil analisis DNA yang dilakukan pada 2010 menunjukkan adanya malaria disistemnya. 



Komentar