PENGERTIAN SEJARAH
Sejarah
memiliki makna dan posisi yang strategis, mengingat:
- Manusia hidup masa kini sebagai kelanjutan dari masa lampau sehingga pelajaran sejarah memberikan dasar pengetahuan untuk memahami kehidupan masa lalu, dan membangun kehidupan masa depan.
- Sejarah mengandung peristiwa kehidupan manusia di masa lampau untuk dijadikan guru kehidupan (Historia Magistra Vitae).
- Pelajaran Sejarah adalah untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa untuk mengenal bangsanya dan membangun rasa persatuan dan kesatuan.
- Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Mata pelajaran
Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar:
- Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah;
- Pemahaman tentang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan;
- Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa dan atau tokoh di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia;
- Tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI serta seluruh periode sejarah kepada generasi muda bangsa;
- Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam mempelajari Sejarah Indonesia
Sejarah diartikan secara
sederhana sebagai ilmu tentang asal usul dan perkembangan peristiwa yang telah
terjadi. Menurut Taufik Abdullah sejarah dapat dilihat dalam beberapa sisi,
yaitu sejarah dapat digunakan sebagai nasehat misalnya dengan mengutip
kata-kata Sukarno “jangan sekalisekali melupakan sejarah” ini berarti sejarah
adalah sebuah kearifan yang dapat membimbing kita dalam mengarungi hidup saat
ini dan merintis hari depan. Sejarah dapat juga dimaknai sebagai “guru” seperti
“....sejarah telah mengajarkan pada kita bahwa....”. Dalam bidang filsafat,
Hegel mengatakan bahwa “sejarah adalah proses ke arah cita kemanusiaan yang
tertinggi”.
SEJARAH SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Sejarah sebagai Disiplin
Ilmu dapat dilihat sebagai berikut:
1) Perhatian utama sejarah adalah masa lalu
- Kajian sejarah hanya akan memperhatikan peristiwa yang menyangkut langsung perilaku manusia di masa lalu. Gempa, banjir, komet yang jatuh ke bumi, gerhana matahari dan sekian macam peristiwa berada di luar perhatian ilmu sejarah. Hal ini termasuk natural history. Semua peristiwa alam itu barulah dianggap penting jika langsung berkaitan dengan pola perilaku manusia (seperti usaha manusia menanggulangi banjir, kepercayaan tentang makna gerhana), atau langsung mengubah nasib manusia. Contohnya meletusnya Gunung Vesuvius di zaman Eropa Kuno yang menenggalamkan Kota Pompei, meletusnya Gunung Tambora di abad ke-9 yang melenyapkan dua kerajaan di Pulau Sumbawa.
- Secara metodologis dan teknis, sejarah umat manusia dibagi atas dua zaman: zaman sejarah dan zaman praaksara. Manusia memasuki zaman sejarah bila zaman itu menghasilkan bukti-bukti tertulis. Disebut zaman praaksara karena hanya meninggalkan bekas-bekas tak tertulis, seperti fosil, alat-alat, dan lukisan batu.
- Secara metodologis dan teknis pula, sumber tertulis di atas kertas atau yang didapatkan secara lisan menjadi sasaran penelitian calon sejarawan. Tulisan tua dan kuno dan tertulis dalam bahasa arkais yang terpahat di batu, lempengan tembaga, dan sebagainya diselenggarakan oleh ilmu arkeologi dengan segala cabangnya.
- Apakah semua tindakan manusia di masa lampau yang tertentu itu harus masuk rekonstruksi sejarah? Konsep “sejarah total” hanya bertolak dari sikap yang mengharuskan sejarawan untuk memperhitungkan semua dimensi kehidupan sosial dalam usaha merekonstruksi peristiwa sejarah.
2) Corak penulisan sejarah dibedakan menjadi dua:
- Penulisan sejarah umum, yang menguraikan perkembangan sejarah dari suatu bangsa atau suatu wilayah dan bahkan suatu lokalitas dari zaman ke zaman seperti “Sejarah Indonesia” atau “Sejarah Eropa” atau “Jakarta di Abad ke-20”.
- Penulisan sejarah khusus, yang ditentukan oleh tema tertentu. Corak sejarah ini disebut juga sejarah tematis. Corak penulisan sejarah seperti ini umpamanya ialah “Budaya Kuliner Zaman Kolonial”, “Reformasi Agraria di Awal Abad Ke-20”, “Pertempuran Lima Hari di Semarang” dan sebagainya. Dengan kata lain, judul-judul ini hanya tertarik pada aspek tertentu atau peristiwa tertentu saja; kuliner, gerakan keagamaan, dan pertempuran yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Bila kita ingin mempelajari sejarah ekonomi maka perlu kita membaca buku karya Anne Booth.
Infony sangat membantu bu
BalasHapus