Bahwa model pembelajaran tipe Make A Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban dengan cara dipersentasikan di depan kelas. pesreta didik yang tidak melakukan persentasi berperan sebagai tim penilai apakah soal dan jawaban yang dipersentasikan sudah cocok atau belum.
Penulis mengadakan penelitian apakah metode pembelajaran ini cukup efektif untuk membangkitkan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran. ternyata ketika penulis melakukan di tiga kelas yang berbeda dapat diambil kesimpulan bahwa metode ini dapat di terapkan untuk membangkitkan semangat peserta didik serta dapat digunakan di dalam ataupun di ruang ruangan. hal ini terbukti ketika saya sebagai penulis mempraktekan secara langsung untuk dua kelas di dalam ruangan dan untuk satu kelas di luar ruangan.
Dari sekian metode pembelajaran yang telah ada penulis memilih metode pembelajaran Coperative Learning tipe make a match pada mata pelajaran sejarah kelas X. karena metode ini termasuk salah satu metode yang sangat menyenangkan.
Agar semua metode pembelajaran berjalan secara sistematis, maka setiap metode pembelajaran dilengkapi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah pertama saya membuat kartu-kartu sebagai media utama yang digunakan. kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi soal dan jawaban.
Untuk pembagian kelompok saya membagi kelompok secara pasangan kelompok yang satu akan memegang kartu soal dan untuk kelompok yang lain memegang kartu jawaban
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru akan memberikan kode untuk memulai permainan dimana masing-masing kelompok yang memegang kartu dengan kategori yang berbeda bergerak untuk mencari pasangan dari kartu yang masing-masing mereka pegang.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban dengan cara dipersentasikan di depan kelas. pesreta didik yang tidak melakukan persentasi berperan sebagai tim penilai apakah soal dan jawaban yang dipersentasikan sudah cocok atau belum.
Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu soal dan jawaban mengetahui dan memahami secara pasti apakah kartu yang mereka pasangkan sudah benar. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk mengkonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan kartu dengan tepat.
Penulis mengadakan penelitian apakah metode pembelajaran ini cukup efektif untuk membangkitkan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran. ternyata ketika penulis melakukan di tiga kelas yang berbeda dapat diambil kesimpulan bahwa metode ini dapat di terapkan untuk membangkitkan semangat peserta didik serta dapat digunakan di dalam ataupun di ruang ruangan. hal ini terbukti ketika saya sebagai penulis mempraktekan secara langsung untuk dua kelas di dalam ruangan dan untuk satu kelas di luar ruangan.
sumber :
www.wawasanpendidian.com
Komentar
Posting Komentar