Assalamualaikum ...
Seperti biasa, saya hari ini ingin membagikan momen-momen para sanak sejarah tracking ke Gunung Madang
Mendengar kata Madang pasti teringat tentang benteng bersejarah di Kalimantan Selatan di Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan, jarak antara Desa Madang dengan Banjarmasin sekitar 140 km.
Benteng Madang dibangun seiring dengan pecahnya perang Banjar melawan penjajah Belanda di Bumi Lambung Mangkurat. Benteng ini terdapat di atas gunung Madang salah satu dari bagian pegunungan Meratus. Tempat tersebut sangat strategis untuk pertahanan, karena bila kita berada ditempat tersebut, maka daerah sekelilingnya akan terlihat dengan mudah. Benteng tersebut dikelilingi oleh hutan semak belukar di sana-sini yang ditumbuhi banmbu. Gunung Madang identik dengan Benteng Madang seluas 400 m2.
Di kaki Gunung Madang terdapat aliran-aliran sungai yang ditepinya banyak ditumbuhi ilalang dan pohon bambu. pada aliran-aliran sungai yang mendekati tempat penyeberangan diadakan titian atau jembatan-jembatan yang apabila diinjak titian ini bergerak dan jika terjatuh besar kemungkinan akan tertusuk benda tajam yang sengaja dipasang oleh para pejuang Antaludin sehingga dapat mengakibatkan kematian. Jembatan ini dikenal masyarakat dengan jembatan Serongga.
Jembatan-jembatan tersebut sengaja dibuat para pejuang Antaludin karena apbila musuh ingin memasuki daerah gunung Madang akan terhalang atau mudah diketahui. untuk memperkokoh pertahanan Benteng Madang diberi perlindungan dari pepohonan agar gelap di siang hari.
Pada bagian lain dibuat jalan rahasia untuk keluar apabila jika ada kemungkinan serangan musuh tembus dan masuk kedalam pertahanan. konon dulu pernah serdadu Belanda mengadakan penjajakan pada Benteng Madang tetapi mereka tidak dapat meiihat apapun disana kecuali hutan semak belukar. keadaan yang ganjil ini membuat serdadu Belanda penasaran sehingga suatu waktu-waktu tempat tersebut ditembaki oleh serdadu Belanda dari jarak jauh. ketika para seradadu Belanda tersebut kelelahan dan kehausan mereka meminta air kelapa muda kepada masyarakat, tetapi setelah meminum air kelapa tersebut serdadu tersebut sakit perut bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
Tercatat ada lima kali serangan yang dilakukan oleh serdadu Belanda dan semuanya dapat dikalahkan oleh pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman. Serangan-serangan serdadu Belanda dilakukan pada tanggal 3, 4, 13, 18 dan 22 september 1860. Pada serangan yang keempat tanggal 18 September 1860. pada serangan yang keempat tanggal 18 September 1860, pasukan infantry serdadu Belanda yang dipimpin oleh kapten Koch dihajar habis-habisan oleh pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman, sehingga banyak serdadu Belanda yang tewas termasuk Kapten Koch.
Pertempuran Gunung Madang 3 September 1860
Persiapan pertahanan di gunung madang ini diketahui oleh Belanda sehingga datanglah serangan pasukan Belanda secara mendadak pada 3 september 1860, sementara benteng belum selesai dibangun. Serdadu Belanda menyelusuri kampung Karang Jawa dan Ambarai dan langsung menuju gunung Madang. serdadu Belanda terkejut ketika baru mendaki bukit itu serangan mendadak menyebabkan bebeapa serdadu Belanda tewas. sekali lagi serdadu Belanda mendekati bukit tetapi sebelum sampai serangan gencar menyambutnya sehingga tentara Belanda mundur kembali ke benteng Amawang.
Pertempuran Gunung Madang 4 September 1860
Keesokan harinya tanggal 4 september 1860 pasukan infantri dan batalyon ke-13 mengadakan serangan kedua kalinya. Serdadu Belanda ini dilengkapi dengan mortir dan berpuluh-puluh orang peantaian untuk membawa perlengkapan perang dan dijadikannya umpan dalam pertempuran. serdadu Belanda melemparkan tiga biji granat tetapi tidak berbunyi dan disambut dengan tembakan dari dalam benteng madang. di dalam benteng gunung madang terdapat pula beberapa orang pembantaian yang lari memihak pasukan pangeran Hidayatullah ketika terjadi pertempuran di Pantai Hambawang yang terjadi sebelumnya. ketika Letnan de Brauw dan Sersan de Vries menaiki kaki gunung madang, dia hanya diikuti serdadu bangsa Eropa sedangkan serdadu bangsa bumiputera membangkang tidak ikut bertempur letnan de Brauw kena tembak, serdadu Belanda mundur dan kembali ke Benteng di Amawang. serangan ketiga dilakukan beberapa hari kemudian setelah Belanda memperoleh bantuan dari Banjarmasin dan Amuntai.
Pertempuran Gunung Madang 13 September 1860
pada tanggal 13 september 1860 Belanda melakukan kembali serangannya terhadap benteng Madang. serangan ini dipimpin oleh Kapten Koch dengan perlengkapan meriam dan mortir. Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin mempersiapkan menunggu serangan Belanda sedangkan Pangeran Hidayatullah mengatur strategi untuk menghadapinya. pertempuran ini terjadi dalam jarak dekat tetapi Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin dengan gagah berani menghadapinya. ketika bunyi senapan dan meriam bergema, tiba-tiba roda meriamnya hancur kena tembakan. Kapten Koch mempertimbangkan untuk mundur kembali ke benteng Amawang. kegagalan serangan Kapten Koch ini tersebar sampai ke Banjarmasin sehingga G.M. Verspyk memerintahkan Mayor Schuak menyiapkan pasukan infantri dari batalyon ke 13 yang terdiri dari 91 opsir bangsa Eropah.
Pertempuran Gunung Madang 18 September 1860
pada tanggal 18 september 1860 Mayor Schuak membawa pasukan dengan dibantu kapten Koch menyerang gunung madang. Belanda membawa sebuah howister sebuah meriam berat dan mortir. menjelang pukul 11.00 siang hari Demang Lehman memulai menyambut serdadu Belanda dengan tembakan. G.M.Verspyck yang berani mendekati benteng dengan pasukannya terkena tembakan oleh pasukan Tumenggung Antaluddin akhirnya mengundurkan diri dengan membawa korban. selanjutnya kapten Koch memerintahkan memajukan meriam, namu serangan itu dapat digagalkan oleh pasukan pribumi.
Pertempuran 22 September 1860
Serangan kelima terjadi pada tanggal 22 september 1860. Belanda mempersiapkan dengan teliti belajar dari kegagalan empat kali penyerangannya. Belanda mempersiapkan mendirikan bivak-bivak dan pelindungan pasukan penembak meriam dengan sistem pengepungan benteng gunung madang. pertempuran baru terjadi keesokan harinya dengan tembakan meriam dan lemparan granat. pada pagi hari pertempuran tidak begitu seru tetapi menjelang pukul 11.00 malam hari tiba-tiba Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin menagadakan serangan besar-besaran dengan meriam dan senapan sehingga membuat pasukan Belanda kehilangan komando apalagi malam hari yang gelap gulita. pasukan Belanda Kocar kacir, situasi yang tegang ini dipergunakan Demang Lehman dan Tumenggung Antaluddin beserta pasukannya keluar benteng dan menyebar keluar meninggalkan benteng dan selanjutnya berpencar. kiai Cakrawati meneruskan perjalanan ke Gunung Pamaton yang kemudian terlibat pula dalam pertempuran di gunung Pamaton. Alangkah kecewanya Belanda ketika dengan hati-hati memasuki Benteng untuk menghancurkan kekuatan Demang Lehman dan pasukannya ternyata benteng sudah kosong, hanya ditemukan satu orang mayat yang ditinggalkan.
Sumber :
ramlinawawiutun.blogspot.co.id
bubuhanunlam.blogspot.co.id
Terima kasih telah meluangkan waktu membaca postingan saya hari ini.
silahkan Klik untuk mengunjungi kegiatan kami di
Pantai Batakan
Komentar
Posting Komentar